Pages

Thursday 19 November 2009

Efek Revolusi Industri Ditinjau Dari Sudut Pandang Psikologi Industri

PENDAHULUAN
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Revolusi Industri yaitu perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin.
Sebelum adanya alat-alat mekanis dan otomatis, masyarakat Eropa bekerja dengan menggunakan alat-alat manual dan masih menggunakan kecepatan kedua tangan dan kaki. Contohnya seperti : cagkul, parang, sekop, gergaji, pisau, pengukur, palu, penenun, pemintal, jala, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, jika kedua tangan dan kaki tidak bekerja dengan optimal, maka kinerja alat-alat tersebut pun tidak maksimal.

FAKTOR-FAKTOR REVOLUSI INDUSTRI
Pada masa Revolusi Industri, peralatan-peralatan tersebut sudah jarang digunakan. Karena sudah ditemukannya alat-alat yang menggunakan mesin. Yang secara otomatis digerakan oleh Mesin Uap yang berbahan bakar batu bara.
Revolusi Industri berawal di Negara Inggris, Faktor-faktor yang mendorong perkembangan Revolusi Industri terbagi menjadi dua, yaitu Faktor External dan Faktor Internal.
Adapun faktor-faktor yang termasuk faktor internal adalah sebagai berikut :

1. Keamanan dan politik dalam negeri yang mantap.
2. Berkembangnya kegiatan wiraswasta dari masyarakat kaya dan pemilik modal.
3. Munculnya minat masyarakat pada industri manufaktur.
4. Memiliki jajahan yang luas.
5. Kaya akan sumber alam antara lain batubara (cokes) dan biji besi yang tinggi mutunya.
6. Mulai muncul paham ekonomi liberal.
7. Munculnya revolusi agraria yaitu perubahan sangat cepat dalam penataan tanah dengan berlakunya metode baru dalam pertanian yaitu dengan pemagaran dan pengelolaan yang terus-menerus, pemupukan dan irigasi.
8. Pada abad 17 berkembanglah dunia pelayaran dan perdagangan. Di Inggris banyak berdiri kongsi dagang seperti : EIC, Virginia Co, Plymouth Co dan Massachussets Bay Co.

Adapun faktor-faktor yang termasuk faktor eksternal terjadinya revolusi industry adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya revolusi ilmu pengetahuan abad 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, Rene Descartes, Galileo Galilei, Copernicus, Isaac Newton dan lain-lain.
2. Ditunjang adanya lembaga-lembaga riset yaitu:
a. The Royal Society for Impjroving Natural Knowledge.
b. The Royal Society of England (1662).

Adapun tahapan revolusi industri :
a. Domestic sistem (kerajinan rumah tangga), ciri-cirinya adalah :
- Pengrajin membuat barang-barang di rumah masing-masing dan dikerjakan secara manual.
- Menggunakan alat produksi yang masih trasidional milik sendiri.
- Hasil produksi dijual kepada pengusaha.
b. Industri manufaktur
- Pekerja bekerja di rumah majikan dengan alat produksi yang masih digerakkan dengan tenanga manusia.
- Jumlah pekerja sekitar 10 orang.
- Rumah majikan berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat bekerja sekaligus tempat berjualan.
c. Faktory sistem
- Memproduksi barang-barang secara masal
- Menggunakan mesin
- Tempat berproduksi di kawasan industry terpisah dengan tempat tinggal dan tempat penjualan barang.

DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI
1. Dampak politik :
- Terjadinya persaingan menguasai tanah jajahan.
- Adanya paham kapitalisme, yaitu menjadikan tanah jajahan sebagai tempat penanaman modal, pemasaran hasil industry dan sumber bahan mentah.
2. Dampak social :
- Muncul pusat-pusat industry
- Meningkatnya urbanisasi ke kota-kota industry
- Terjadinya polusi udara
- Meningkatnya mutu kualitas kehidupan masyarakat
- Nasib buruh tidak diperhatikan, terutama penggunaan buruh anak-anak dan wanita
- Muncul kawasan industry “Black Country”
- Muncul revolusi social untuk memperbaiki nasib buruh
- Muncul 2 lapisan masyarakat, yaitu partai buruh dan partai liberal (penguasa)
Dampak negatif revolusi industry khususnya di Inggris adalah upah buruh yang murah yang menyebabkan timbulnya keresahan yang berakibat pada munculnya kriminalitas dan kejahatan. Upaya untuk memperbaiki nasib buruh dan masalah social di Inggris melahirkan aliran sosialisme dan revolusi social yang ditandai dengan keluarnya undang-undang berikut ini :
1. Catholic Emancipation Bill (1829) menetapkan hak yang sama bagi umat protestan dan katolik untuk menjadi pegawai negeri dan anggota parlemen . Sebelumnya berlaku Test Act sejak tahun 1673 yang melarang umat katolik menjadi pegawai negeri dan anggota Parlemen, sehingga mereka banyak yang pindah terutama ke Amerika
2. Abolition Bill (1833) berisi penghapusan system perbudakan di daerah jajahan Inggris.
3. Factory Act (1833) yang menetapkan:
a. Anak-anak yang berusia 9 tahun tidak boleh dipekerjakan sebagai buruh perusahaan dan tambang.
b. Anak-anak di atas usia 9 tahun boleh bekerja 9 jam sehari dengan 2 jam mendapat pendidikan dari majikan.
Pada tahun 1842 muncul undang-undang yang melarang kaum wanita dan anak-anak untuk bekerja di perusahaan tambang.
4. Poor Law (1834) berisi pendirian rumah-rumah bagi pengemis dan penganggur agar tidak berkeliaran. Bantuan bagi yang berusia lanjut serta perawatan bagi penganggur dan pengemis yang cacat atau sakit.

Perkembangan dunia industry, menimbulkan dampak terhadap adanya pergeseran pandangan terhadap peran manusia sebagai tenaga kerja yang menjadi bagian dari proses industrialisasi, yaitu :
1. Pendekatan mekanistik yang menekankan manusia sebagai faktor produksi yang dapat diganti. Ketika muncul revolusi industry dengan kemajuan teknologi alat-alat, mesin dan teknik produksi yang dapat menggantikan keterampilan manusia, maka dampaknya banyak terjadi tenaga kerja kehilanggan pekerjaannya, sehingga banyak pengangguran.
2. Pendekatan paternalistic, memandang manusia sebagai makhluk yang membutuhkan sandang, pangan dan papan. Pandangan ini muncul akibat kekhawatiran para industriawan atas kuatnya serikat-serikat para pekerja sebagai reaksi atas banyaknya pengurangan tenaga kerja dengan adanya revolusi industry. Pandangan paternalistic memandang bahwa manusia memiliki kebutuhan fisik-psikis yang harus dipenuhi.
3. Pendekatan hubungan antar manusia, yang menekankan aspek social dan harga diri manusia. Dimana produktivitas tenaga kerja akan meningkat ketika aktivitas mereka dinilai, dianggap penting dan berguna, serta dihargai martabatnya sebagai perseorangan maupun sebagai bagian dalam suatu teamwork.
4. Pendekatan pengembangan SDM, yang memandang manusia sebagai makhluk yang menghendaki perkembangan dan berhasrat mengaktualisasi dirinya. Mereka juga memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya yaitu bekerja dengan kemampuannya, menjadi lebih kreatif. Gaya manajemen partisipatif menjadi pilihan yang dapat memfasilitasi pendekatan ini, dimana bawahan lebih proaktif, dapat bekerja lebih aman dan nyaman, jelas apa yang diharapkan dan harus dilakukan, serta merasa atasan dapat mendengar dan memahami dirinya.

No comments:

Post a Comment